TEORI-TEORI BELAJAR
Dalam psikologi dan
pendidikan, pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai proses yang
menyatukan pengaruh kognitif, emosional, dan lingkungan dan pengalaman untuk
memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan dalam pengetahuan seseorang,
keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris, 2004; Ormrod, 1995). Hal ini
juga dianggap sebagai cara di mana informasi diserap, diproses, dan
disimpan. Teori Belajar adalah
hipotesis rumit yang menggambarkan bagaimana sebenarnya prosedur ini terjadi.
Teori belajar memiliki dua nilai utama menurut Hill (2002), Salah satunya
adalah dalam menyediakan kita dengan kosa kata dan kerangka kerja konseptual
untuk menafsirkan contoh pembelajaran yang kita amati. Yang lainnya adalah
dalam mengusulkan dimana kita seharusnya mencari solusi untuk masalah praktis.
Teori-teori tidak memberikan solusi, tetapi mengarahkan perhatian kita pada
variabel yang penting dalam menemukan solusi.
Ada tiga kategori utama
atau kerangka filosofis dari teori teori belajar ini, yaitu; (1)behaviorisme,
(2) kognitivisme, dan (3) kontruktivisme. Secara garis besar, behaviorisme
hanya berfokus pada aspek-aspek obyektif yang diamati pada proses pembelajaran.
Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan bagaimana otak
bekerja dalam mempelajari sesuatu. Sedangkan teori konstruktivisme mengemukakan
bahwa belajar sebagai proses saat peserta didik secara aktif membangun ide-ide
baru dalam belajar.
v Teori Belajar
Behavioristik
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang
berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-respon, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Teori belajar behavioristik
menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur
dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans)
yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum
mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang
internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons
adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar
berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R
(stimulus-Respon).
Ciri-Ciri Teori
Behavioristik:
·
Mementingkan faktor lingkungan
·
Menekankan pada faktor bagian
·
Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan
metode obyektif
·
Sifatnya mekanis
·
Mementingkan masa lalu
Teori behaviouristik ini memiliki beberapa
cabang teori yang menekankan pembelajaran pada titik yang berbeda-beda yaitu;
1.
Classical Conditioning oleh Ivan Pavlov yang menyimpulkan bahwa
sesuatu yang di pelajari dapat di kembalikan kepada stimulus respon. Mendidik
pada dasarnya adalah memberikan stimulus yang memberi respon sesuai yang kita
inginkan. Hal ini di lakukan berulang – ulang agar hubungan stimulus dan respon
semakin kuat.
2.
Teori Behaviorisme Watson,beliau mendefinisikan belajar sebagai
proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang
dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia
mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses
belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu
diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Penganut aliran ini lebih suka
memilih untuk tidak memikirkan hal – hal yang tidak bisa diukur, meskipun
mereka tetap mengakui bahwa semua hal itu penting. Pendapat yang di kemukakan
yaitu :
·
Teori stimulus dan respon. Apabila kita menganalisis tingkah laku
yang kompleks, akan di temukan rangkaian unit stimulus dan respon yang disebut
reflex. Stimulus merupakan situasi objektif dan respon merupakan reaksi
subjektif individu terhadap stimulus.
·
Pengamatan dan kesan. Adanya kesan motoris di tujukan terhadap
berbagai stimulus.
·
Perasaan, Tingkah laku dan Afektif. Di temukan tiga reaksi
emosional yang di bawa sejak lahir, yaitu : takut, marah, dan cinta. Perasaan
senag dan tidak senang merupakan reaksi senso motoris.
·
Teori berpikir. Berpikir harus merupakan tingkah laku senso
motoris dan berbicara dalam hati adalah tingkah laku berfikir.
·
Pengaruh Lingkungan tehadap perkembangan individu. Reaksi
instinktif atau kodrati yang di bawa sejak lahir jumlahnya sedikit sekali, sedangkan
kebiasaan – kebiasaan yang terbentuk dalam perkembangan di sebabkan oleh
latihan dan belajar.
3.
Operant Conditioning .Teori ini di pelopori oleh Skinner, dalam
teori ini di sebutkan bahwa ada dua macam respon, yaitu :
·
Respondent response. Respon ini di timbulkan oleh perangsang –
perangsang tertentu yang disebut electing stimuli yang sifatnya relative tetap
dan terbatas serta hubungan antara stimulus dan respons sudah pasti sehingga
kemungkinan untuk di modifikasi kecil, misalnya makanan yang menimbulkan air
liur.
·
Operant response. Respon yang timbul dan berkembangnya di ikuti
oleh perangsang–perangsang tertentu, yamg biasa di sebut dengan reinforcing
stimuli atau reinforcer. Perangsang tersebut memperkuat respon yang telah
dilakukan oleh organisme sehingga sifatnya mengikuti, misalnya saja seorang
anak belajar, kemudian memperoleh hadiah sehingga ia akan lebih giat lagi
belajar, berarti responnya menjadi lebih kuat / intensif. Respon ini merupakan
bagian yang tebesar dari pada tingkah laku manusia dan kemungkinannya untuk di
modifikasi tak terbatas. Titik berat teori Skinner adalah pada respon kedua
ini.
4.
Teori Systematic Behavior Clark Hull. Mengemukakan konsep pokok
teorinya yang sangat di pengaruhi oleh teori evolusi Darwin. Dia berpendapat
bahwa tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup. Oleh
karena itu, dalam teori Hull, kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan
biologis menempati posisi sentral. Menurut Hull, kebutuhan dikonsepkan sebagai
dorongan (drive), seperti lapar, haus, tidur, dan sebagainya. Stimulus hampir
selalu di kaitkan dengan kebutuhan biologis ini, meskipun menghasilkan respon
yang berbeda–beda bentuknya. Teori ini tidak banyak dipakai dalam dunia praktis
karena (1)dianggap terlalu kompleks dan sulit dimengerti, (2)idenya tentang
proses internal dianggap abstrak dan sulit dibuktikan melalui eksperimen
empiris, dan (3)partikularistic, usaha utk menggeneralisasi hasil eksperimen
secara berlebihan, meskipun sering digunakan dalam berbagai eksperimen
5.
Teori Koneksionisme Thorndike. Menurut Thorndike, belajar adalah
proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan
belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit
yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat
mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur
tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan
teori koneksionismeProsedur eksperimennya ialah membuat agar setiap binatang
lepas dari kurungannya sampai ke tempat makanan. Dalam hal ini apabila binatang
terkurung, maka binatang itu sering melakukan bermacam kelakuan, seperti
menggigit, menggosokkan badannya ke sisi kotak, dan cepat atau lambat binatang
itu tersandung pada palang sehingga kotak terbuka dan binatang itu lepas ke
tempat makanan.
6.
Teori Edwin Gutrie, mengemukakan teori kontinguiti yang memandang
bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respon
tertentu. Selanjutnya Edwin Guthrie berpendapat bahwa hubungan antara stimulus
dan respon merupakan faktor kritis dalam belajar. Oleh karena itu, di perlukan
pemberian stimulus yang sering agar hubungan menjadi lebih langgeng. Selain
itu, suatu respon akan lebih kuat apabila respon tersebut berhubungan dengan
berbagai macam stimulus. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki kebiasaan
merokok sulit di tinggalkan. Hal ini dapat terjadi karena merokok bukan hanya
berhubungan dengan satu macam stimulus, tetapi juga dengan stimulus lain
seperti minum kopi.Guthrie juga mengemukakan bahwa hukuman memegang peranan penting
dalam proses belajar. Menurutnya suatu hukuman yang di berikan pada waktu yang
tepat, akan mampu mengubah kebiasaan seseorang.
v Teori Belajar
Kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai
berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang
telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para
peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,
menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan
pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana sebuah
informasi diproses. Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari
ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel
menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama
terhadap belajar. Bruner menitikberatkan pada pengelompokkan atau penyediaan
bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh
informasi dari lingkungan.
Proses pembelajaran
strategi kognitif merupakan proses reflection in action. Sebagai salah satu
komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), guru memiliki posisi yang
menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru ialah merancang,
mengelola dan mengevaluasi pembelajaran (Gagne, 1974). Ausubel (1968)
mengatakan bahwa guru bertugas mengalihkan seperangkat pengetahuan yang
terorganisasikan sehingga pengetahuan tersebut menjadi bagian dari sistem
pengetahuan siswa. Sejalan dengan itu, Kurikulum { KTSP } menegaskan bahwa
kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat strategis dan menentukan.
Strategis karena guru akan menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.
Menentukan karena gurulah yang memilah dan memilih bahan pelajaran yang akan disajikan
kepada peserta didik. Salah satu faktor yang mempengaruhi guru dalam upaya
memperluas dan memperdalam materi ialah rancangan pembelajaran yang efektif,
efisien, menarik dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi dapat dilakukan
dicapai oleh setiap guru.
Konsep yang diajukan
teori pembelajaran humanistik terhadap individu siswa juga diadaptasi oleh CDT
untuk mempreskripsikan cara membelajarkan siswa. Menurut Rogers (1983) dalam
melaksanakan tugasnya di kelas, guru harus mampu memfasilitasi tumbuhnya kemamuan
belajar siswa melalui motivasi. Begitu pula Maslow (1971), sebagai seorang
tokoh psikologi humanistik, menentukan perlunya pemberian motivasi bagi
tumbuhnya semangat belajar siswa. Pendapat dan prinsip-prinsip pemberian
motivasi dari dua tokoh psikologi humanistik ini digunakan oleh CDT dalam
merancang strategi penyajian.
Keungulan CDT secara
teoretis juga dibuktikan lewat berbagai penelitian. Hasil-hasil penelitian
Merrill dan Tennyson (1982), Suhardjono (1990), dan Tugur (1991), semuanya menunjukkan
bahwa CDT memiliki keunggulan dalam meningkatkan perolehan belajar pada
performansi mengingat, menggunakan, dan mengembangkan, baik untuk tipe isi
pelajaran yang berupa fakta, konsep, prosedur, maupun prinsip.
Asumsi Umum Tentang
Teori Belajar Kognitif
Asumsi
|
Penjelasan
|
Pembelajaran sekarang berasal dari proses
Pembelajaran sebelumnya
|
Siswa memiliki latar belakang dan motivasi
yang berbeda sehingga mereka mengkonstruksi satu hal yang sama secara
berbeda.
|
Pembelajaran melibatkan proses informasi
|
Ini merupakan proses aktif yang mengacu pada
pengetahuan siswa
|
Pemaknaan hubungan
|
Pemaknaan dikonstruksi dari pengalaman yang
merupakan refleksi hubungan antara proses pembelajaran sebelumnya dengan yang
baru.
|
Kegiatan belajar mengajar menekankan pada
hubungan dan strategi
|
Penekananya pada kebermaknaan yang tujuanya
membantu siswa belajar bagaimana cara belajar.
|
v Teori Belajar
Konstruktivisme
Kontruksi berarti
bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan konstruktivisme
adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme
merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran kontekstual yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata.
Dengan teori
konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide
dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung
dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu
mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara
langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
Ciri-ciri teori Konstruktivisme:
·
Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
·
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
·
Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu
terjadi perubahan konsep ilmiah
·
Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
kontruksi berjalan lancar.
Struktur pembalajaran seputar konsep utama
pentingnya sebuah pertanyaanSelain itu yang paling penting adalah guru tidak
boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus
membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses
ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna
dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar
menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru
dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan
dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi , tetapi
harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang memanjatnya.
Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya,
sehingga pengetahuan materi yang dibangun atau dikonstruksi para siswa
sendirisan bukan ditanamkan oleh guru. Para siswa harus dapat secara aktif
mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru kedalam kerangka kognitifnya.
Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga
terjadisituasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat
dikonstruksi oleh peserta didik. Latihan memecahkan masalah seringkali
dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara
belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator,
dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi engetahuan
pada diri peserta didik.Kelebihan dan Kekurangan Konstruktivisme
Teori-teori
belajar lain juga diantaranya :
v Teori
belajar Humanistik
Dalam
teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia
itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari
proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang
pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan
kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang
paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita
amati dalam dunia keseharian .. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal
tujuan untuk"memanusiakan manusia" (mencapai aktualisasi diri
dan sebagainya) dapat tercapai. Dalam teori belajar humanistik, belajar
dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia
mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatnya.
Tujuan
utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu
membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam
diri mereka.
Beberapa
prinsip Teori belajar humanistik:
·
Manusia memiliki belajar alami.
·
Belajar signifikan terjadi apabila
materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu.
·
Belajar yang menyangkut perubahan di
dalam persepsi mengenai dirinya.
·
Tugas belajar yang mengancam diri adalah
lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil
·
Kapan bancaman itu rendah terdapat
pangalaman siswa dalam memperoleh cara.
·
Belajar yang berarti diperolaeh jika
siswa melakukannya.
·
Belajar lancer jika siswa dilibatkan
dalam proses belajar.
·
Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya
dapat memberi hasil yang mendalam.
·
Kepercayaan pada diri pada siswa
ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
·
Belajar sosial adalah belajar tentang
proses belajar.
Roger
sebagai anggota dari teori belajar humanisme mengemukakan beberapa prinsip
belajar yang penting yaitu: (1). Manusia itu memiliki keinginan alamiah
untuk belajar, memiliki rasa ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan
keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru,
(2). Belajar akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari
relevan dengan kebutuhan siswa, (3) belajar dapat di tingkatkan dengan
mengurangi ancaman dari luar, (4) belajar secara partisipasif jauh lebih
efektif dari pada belajar secara pasif dan orang belajar lebih banyak bila
belajar pada pengarahan diri sendiri, (5) belajar atas prakarsa sendiri yang
melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran maupun perasaan akan lebih baik dan
tahan lama, dan (6) kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar
dapat ditingkatkan dengan evaluasi diri orang lain tidak begitu penting.
v
Teori belajar Gestalt.
Berbeda dengan behaviorisme yang bersifat fragmentaris
(mementingkan bagian demi bagian, sedikit demi sedikit), teori belajar ini
melihat pentingnya belajar secara keseluruhan. Jika Anda mempelajari sebuah
buku, bacalah dari awal sampai akhir dulu, baru kemudian bab demi bab. Dalam
linguistik dan pengajaran bahasa, aliran ini melihat bahasa sebagai keseluruhan
utuh, melihat bahasa secara holistik,
bukan bagian demi bagian. Belajar bahasa tidak dilakukan setapak demi
setapak,dari fonem, lalu morfem dan kata, frasa, klausa sampai dengan kalimat
dan wacana. Bahasa adalah sesuatu yang mempunyai staruktur dan sistem, dalam
arti bahasa terdiri atas bagian-bagian yang saling berpengaruhdan saling
bergantung. Psikologi
Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala
sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi Gestalt
disebut sebagai phenomena (gejala). Phenomena
adalah data yang paling dasar dalam Psikologi Gestalt. Dalam hal ini Psikologi Gestalt
sependapat dengan filsafat phenomonologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman
harus dilihat secara netral. Dalam
suatu phenomena terdapat dua unsur yaitu obyek dan arti. Obyek merupakan sesuatu yang dapat
dideskripsikan, setelah tertangkap oleh indera, obyek tersebut menjadi suatu
informasi dan sekaligus kita telah memberikan arti pada obyek itu.
v CBSA.
Sebenarnya CBSA sudah kita kenal sejak 1981 yang
menyertai Kurikulum 1984 juga. CBSA itu suatu pendekatan yang lahir untuk
mengatasi keadaan kelas yang siswanya serba pasif. Adalah pandangan yang salah
jika dikatakan CBSA itu mengaktifkan siswa dan “membuat guru diam” (tidak
aktif). Juga salah jika CBSA itu mesti berdiskusi secara kelompok, mesti
memindahkan bangku dan kursi. Yang penting sebenarnya ialah CBSA itu menuntut
agar ada keterlibatan
mental-psikologis pada siswa
sepanjang proses belajar-mengajar. Hanya saja keterlibatan mental-psikologis
itu kadang-kadang harus diwujudkan dalam perilaku fisik, misalnya bertanya,
memberikan jawaban dan tanggapan, memberikan pendapat, dsb. Dalam hal pelajaran
bahasa Indonesia, CBSA itu harus mewujud dalam kegiatan siswa untuk banyak
berbicara dan menulis, pokoknya harus aktif-produktif ketimbang pasif-reseptif.
Dalam hal-hal tertentu CBSA itu mengharuskan siswa banyak terlibat dalam proses
belajar-mengajar, siswa mengalami belajarnya sendiri, mendalami materi, dsb.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia CBSA amat bisa sejalan dengan pendekatan
komunikatif.
v
Keterampilan
Proses.
` Sebenarnya keterampila proses itu serupa dan senafas
dengan CBSA karena roh dari kedua pendekatan itu sama yaitu bagaimana agar
siswa itu terlibat aktif dalam proses belajar-mengajar di dalam kelas.
Keterampilan proses ini lahir antara lain karena guru sering hanya
memperhatikan hasil belajar dan kurang memperhatikan proses untuk mencapai
hasil itu. Dengan kata lain, guru (dan murid) menghalalkan segala cara agar
memperoleh hasil yang “baik” tanpa melihat cara (teknik, metode, pendekatan,
teori) memperoleh hasil itu. Akibatnya, guru berlaku kurang jujur, misalnya
dengan membuat soal-soal yang sangat-saangat mudah, membiarkan murid menyontek,
dan sebagainya; murid pun berlaku tidak jujur, yakni sengaja menyiapkan
sontekan, turunan, dan sebagainya. Sebenarnya, sejak kurikulum 1975 kita sudah
mengenal TIK (Tujuan Instruksional Khusus) yang rumusannya mencantumkan
cara-cara untuk mencapai hasil belajar yang bisa diamati dan diukur. Dalam
rumusan yang kira-kira sama, KBK pun merumuskan “kompetensi” dengan
deskriptor-deskriptor tertentu. Dalam bahasa Indonesia pendekatan ini dapat
secara langsung digunakan untuk menilai perilaku
berbhasa sehari-hari di
dalam kelas secara terus-menerus.
v
Belajar
secara Sosial.
Istilah Inggrisnya ialah social learning, dan sekarang
dikenal dengan istilah belajar secara gotong
royong. Pendekatan ini menekankan pentingnya belajar bersama, secara
berkelompok atau berpasangan, mengingat di dalam kehidupan bermasyarakat pun
orang selalu bekerja sama untuk melakukan sesuatu. Dalam pelajaran bahasa
Indonesia pendekatan ini bisa diterapkan misalnya dalam menyusun karya tulis
(membuat laporan, membuat sinopsis, meringkas bacaan, dan sebagainya),
berdiskusi, berdialog, mendengarkan, dan sebagainya.
v
CTL.
Seiring dengan diperkenalkannya KBK, muncul gagasan
tentang CTL, singkatan dari Contextual
Teaching and Learning, atau mengajar dan belajar secara kontekstual.
Pendekatan ini sebenarnya diilhami oleh filsafat konstruktivisme. Sebenarnya
siswa itu bisa didorong untuk aktif melakukan tindak belajar jika apa yang
dipelajari itu sesuai dengan konteks. Konteks ini tidak sekadar diartikanlingkungan
belajar. Konteks itu bisa berupa konteks
siswa (usia, kondisi
sosial-ekonomi, potensi intelektual, keadaan emosi, dsb),konteks isi (materi pelajaran), konteks tujuan (tujuan belajarnya, kompetensi yang
hendak dicapai), konteks
sosial-budaya, konteks
lingkungan, dsb. Ada beberapa unsur dalam CTL yang harus diterapkan di
dalam proses belajar-mengajar, antara lain, pertanyaan,
inkuiri, penemuan, pengalaman. Dalam pelajaran bahasa dan sastera
Indonesia guru hendaknya memperhatikan kondisi kebahasaan siswa: apakah siswa
Anda berasal dari pedesaan atau perkotaan, dari keluarga ekonomi lemah atau
keluarga mampu, ada di SMP atau SMA. Guru hendaknya juga memperhatikan
besar-kecilnya pengaruh bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia dalam pemakaian bahasa Indonesia
sehari-hari. Hal ini sering menyulitkan guru karena guru dan murid mempunyai
latar belakang kebahsaan yang sama sehingga kedua pihak bisa melakukan
“kesalahan” yang sama dalam berbahasa Indonesia. Guru yang berlatar belakang bahasa
Bali tentu sulit mengidentifikasi kesalahan dalam berbahasa Indonesia yang
dilakukan murid-muridnya yang juga berkatar belakang bahasa Bali, karena guru
tidak menyadari kesalahannya sendiri. Minat siswa dalam sastra dan kesastraan
juga bisa bergantung kepada latar belakang di atas.
Best Casinos with Slots and Casino Games in the US - Wooricasinos
BalasHapusWith online slots, you can 바카라 play casino games in the 1xbet 먹튀 USA without casinosites.one risking any real money. There are wooricasinos.info online 출장안마 casinos that let you play slots and